Senin, 27 Mei 2013

POLA HIDUP SEDERHANA DAN PERINTAH MENYANTUNI PARA DUAFA



POLA HIDUP SEDERHANA DAN PERINTAH MENYANTUNI PARA DUAFA

A.    AL-QUR’AN SURAH AL-QASAS AYAT 79-82


فَخَرَجَ عَلَى قَوْمِهِ فِي زِينَتِهِ قَالَ الَّذِينَ يُرِيدُونَ الْحَيَاةَ الدُّنيَا يَا لَيْتَ لَنَا مِثْلَ مَا أُوتِيَ قَارُونُ 
إِنَّهُ لَذُو حَظٍّ عَظِيمٍ

وَقَالَ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ وَيْلَكُمْ ثَوَابُ اللَّهِ خَيْرٌ لِّمَنْ آمَنَ وَعَمِلَ صَالِحاً وَلَا يُلَقَّاهَا إِلَّا الصَّابِرُونَ

فَخَسَفْنَا بِهِ وَبِدَارِهِ الْأَرْضَ فَمَا كَانَ لَهُ مِن فِئَةٍ يَنصُرُونَهُ مِن دُونِ اللَّهِ وَمَا كَانَ مِنَ المُنتَصِرِينَ


وَأَصْبَحَ الَّذِينَ تَمَنَّوْا مَكَانَهُ بِالْأَمْسِ يَقُولُونَ وَيْكَأَنَّ اللَّهَ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَن يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَيَقْدِرُ لَوْلَا أَن مَّنَّ اللَّهُ عَلَيْنَا لَخَسَفَ بِنَا وَيْكَأَنَّهُ لَا يُفْلِحُ الْكَافِرُونَ
Terjemahan
“Maka keluarlah dia (Qarun) kepada kaumnya dalam kemegahannya berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia berkata, “Mudah-mudahan kiranya kita mempunyai harta kekayaan seperti apa yang telah di berikan kepada karun; sesungguhnya ia mempunyai keberuntungan yang besar”.
“Tetapi orang-orang yang di anugerahi ilmu berkata  "celakalah kamu! Ketahuilah, pahala Allah lebih baik bagi orang-orang beriman dan mengerjakan kebajikan, dan (pahala yang besar) itu hanya di peroleh oleh orang-orang yang sabar”.
“Maka kami benamkan dia (Qarun) beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang akan menolongnya selain Allah. Dan tiadalah ia termasuk orang-orang yang dapat membela diri”.
“Dan orang-orang yang kemarin mencita-citakan kedudukan Qarun itu, berkata : “Aduhai, benarlah kiranya Allah yang melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hambaNya dan membatasi (bagi siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hambaNya); kalau Allah tidak melimpahkan karuniaNya atas kita benar-benar Dia telah membenamkan kita pula. Aduhai, benarlah tidak beruntung orang-orang yang mengingkari ( nikmat Allah).“ (Q.S Al-Qasas:79-82)


Isi kandungan ayat
Ayat diatas (79) mengandung mengandung makna suatu kisah unat terdahulu, yaitu Qarun yang hidup dengan bergelimang harta. Qarun hidup pada zaman Nabi Musa a.s., bahkan suatu riwayat mengatakan bahwa Qarun adalah anak paman Nabi Musa. Oleh Allah SWT. Qarun dikarunia harta melimpah. Begitu banyaknya harta yang dimiliki Qarun sehingga kunci anaka gudang hartanya itu tidak bisa diangkat oleh puluhan oramg kuat. Namun sayangnya, harta yang melimpah itu membuat Qarun lupa diri dan menjadi takabur. Dia mengatakan bahwa hartanya yang banyak itu berkat hasil usahanya semata, bukan karena adanya rahmat Allah atau pemberian-Nya.
Pada suatu hari, Qarun keluar dari istana (rumahnya) dengan segala kemegahannya, dikawal oleh para punggawanya. Tujuannya adalah untuk memamerkan kekayaannya kepada masyarakat dan menunjukkan kehebatan dirinya dalam berusaha. Qarun berhasil memperdaya sebagian masyarakat dan diantara mereka ada yang berkata; “Alangkah senangnya seandainya kita diberi harta yang melimpah seperti Qarun, kita dapat menikmati hidup ini dengan sepuas – puasnya”.
Dinyatakan pada ayat berikutnya (80) bahwa orang yang mempunyai ilmu dan akal sehat, sama sekali tidak tertarik oleh harta yang dipamerkan Qarun tersebut. Apalah artinya harta jika tidak dapat mendatangkan kebahagiaan diakhirat. Mereka bahkan mengatakan bahwa pahala Allah SWT. Jauh lebih penting dan bernilai daripada harta melimpah bagi orang yang beriman dan beramal saleh. Sebab, harta yang tidak berkah seperti harta kekayaan Qarun tersebut hanya akan mendatangkan azab dari Allah SWT. Mereka yakin bahwa Allah hanya akan memberikan pahala kepada orang – orang yang beriman dan beramal saleh.
Selanjutnya (ayat 81 – 82), Allah menegaskan bahwa akibat kesombongan dan ketakaburannya, Qarun ditenggelamkan beserta seluruh harta kekayaannya ke dasar bumi dan tidak ditemukan bekas – bekasnya. Akhirnya, menjadi sebutan orang, setiap menemukan sesuatu yang bernilai dari dalam tanah, kita sering menyebutnya harta karun.
Ditenggelamkannya Qarun ke dasar bumi merupakan azab Allah yang harus diterimanya atas kesombongannya. Ketika azab Allah itu datang, tidak ada seorangpun yang mampu memberikan pertolongan kepadanya. Bahkan dia sama sekali tidak mampu menolong dirinya sendiri., apalagi menolong orang lain. Harta kekayaan yang disombongkannya juga tidak mampu berbuat apa – apa, kecuali ikut hancur musnah ditelan bumi.
Atas kejadian tragis yang menimpa Qarun beserta para pengikut setianya itu maka masyarakat yang sebelumnya menginginkan harta melimpah seperti yang dimiliki Qarun menjadi sadar dan kembali bertobat kepada Allah. Mereka menyadari bahwa harta benda sama sekali tidak bisa menolong dari azab Allah. Ia hanyalah titipan dan amanah yang harus digunakan sesuai dengan kehendak Allah. Jika tidak, maka harta itu akan mendatangkan bencana bagi pemiliknya, seperti halnya yang menimpa Qarun. Na’uzubillahi!
Perilaku orang yang mengamalkan isi kandungan ayat
Islam tidak melarang umatnya memiliki harta sebanyak – banyaknya, bahkan sangat dianjurkan untuk berusaha sekuat tenaga mendapatkan harta yang banyak dan halal, dan menggunakannya sesuai dengan petunjuk Allah SWT. Berdasarkan ayat diatas, ada beberapa perilaku orang muslim yang mengamalkan isi kandungannya, yang dapat diidentifikasi dalam perilaku kehidupan sehari – hari, diantaranya sebagai berikut :
a.        Tidak bersikap sombong dengan harta yang dimilikinya
Kebiasaan manusia, ketika memiliki suatu kelebihan selalu bersikap sombong dan angkuh. Namun, itu hanya dilakukan oleh orang – orang yang tidak beriman. Adapun bagi mereka yang memiliki keimanan yang kuat serta mengamalkan isi kandungan ayat Al-Qur’an, niscaya tidak bersikap sombong atas harta yang dimilikinya. Meskipun harta kekayaannya tersebut sangat melimpah ruah, tak terhitung jumlahnya dan tak ternilai harganya, namun ia tetap bersikap rendah hati, sopan dalam ucapan, santun dalam perbuatan, dan selalu bersikap dermawan kepada sesame. Dengan demikian, hartanya mendatangkan berkah dari Allah SWT.
b.        Menjadikan harta sebagai media untuk beribadah kepada Allah SWT.
Harta adalah titipan AllahSWT, yang harus digunakan sesuai dengan kehendak pemberinya. Seorang yang beriman dan mengamalkan isi kandungan Al-Qur’an , niscaya menjadikan harta sebagai media untuk beribadah kepada Allah SWT, baik dengan cara bersedekah, berzakat, maupun cara – cara lainnya. Jadi, semakin banyak harta yang dimilikinya, akan semakin rajin ibadahnya kepada Allah SWT.
c.         Menjadikan harta sebagai media untuk mencari ilmu
Menyadari betapa pentingnya ilmu pengetahuan, baik ilmu agama maupun umum, tentu setiap muslim wajib mencari ilmu dan mempelajarinya sepanjang hayat. Untuk mencari ilmu dip;erlukan biaya yang cukup, maka adanya harta kekayaan dapat digunakan sebagai media atau alat untuk mencari ilmu. Semakin banyak harta seorang muslim, hendaknya semakin tinggi ilmu dan pendidikan yang didapatnya. Sebab dengan harta itu, peluang untuk mendapatkan ilmu dan pendidikan semakin terbuka luas.
d.        Menghindari sikap boros
Harta memang manis dan sangat menyenangkan. Kita dapat melakukan apa saja dengan harta yang dimiliki. Tetapi seorang muslim yang beriman dan mengamalkan isi kandungan Al-Qur’an, niscaya tidak akan melakukan perbuatan foya–foya, hura–hura, dan menghambur-hamburkan harta yang dimilikinya. Melainkan semakin bertambah hartanya, hidupnya semakin sederhana dan hatinya semakin merendah. Ia akan menggunakan hartanya sesuai keperluan dan sesuai petunjuk Allah SWT.


Menerapkan perilaku hidup sederhana dan menyantuni kaum duafa sebagaimana terkandung dalam ayat di atas
Setelah mempelajari isi kandungan ayat diatas, hendaknya kamu dapat menerapkan perilaku hidup sederhana dan menyantuni kaum duafa dalam kehidupan dehari-hari.
Untuk dapat menerapkan perilaku terpuji seperti disebutkan diatas, hendaknya kamu perhatikan terlebih dahulu beberapa hal berikut ini.
a)      Tanamkan keyakinan bahwa harta itu tidak ada yang abadi, ia hanya titipan sementara dari Allah SWT. Cepat atau lambat, pada saatnya akan diambil oleh Allah.
b)      Tanamkan keyakinan bahwa harta hanya akan mendatangkan manfaat dan berkah jika digunakan sesuai dengan petunjuk Allah SWT, dan jika tidak maka harta akan mendatangkan azab dan bencana bagi pemiliknya.
c)      Tanamkan keyakinan bahwa di dalam harta yang kita miliki, terdapat hak orang lain, yaitu kaum duafa, seperti fakir miskin, anak yatim, dan terlantar. Mereka mempunyai hak atas harta yang kita miliki, dan hak itu harus diberikan kepada mereka.
d)     Biasakanlah bergaul dengan orang yang memiliki perilaku hidup sederhana agar kita dapat meneladaninya pada kemudian hari.
e)      Hindari bergaul dengan orang yang suka hura-hura dan menghamburkan hartanya, sebab kita akan terbawa arus pergaulannya.
Kesimpulan
1.    Pada suatu hari Qarun keluar memamerkan harta kekayaannya secara berlebih-lebihan dengan sikap yang sombong dan congkak serta ingkar tehadap nikmat Allah. Sebagaimana ada juga dari kaumnya bercita-cita memiliki harta seperti yang dimiliki Qarun, mereka menganggap apa yang dimiliki Qarun itu sesuatu keberuntungan besar.
2.    Adapun orang-orang yang cerdik pandai menganggap hal yang demikian itu adalah suatu kekeliruan besar dan menimbulkan bencana yang nyata. Mereka menyakini bahwa pahala yang disediakan oleh Allah adalah jauh lebih baik.
3.    Allah membenamkan Qarun beserta semua harta kekayaannya ke dalam bumi. Dia sendiri tidak dapat membela diri, demikian pula harta kekayaannyayang dia banggakan itu tidak dapat menolongnya sama sekali.
4.    Orang-orang tadi yang menghendaki kaya rayaseperti Qarun, setelah menyaksikan siksa yang dialami Qarun, akhirnya timbul kesadaran bahwa Allah yang melapangkan rizki seseorang dan menyempitkannya bagi siapa yang dikehendakin-Nya.
5.    Dengan cita-cita tidak berkesampaian itu mereka merasa suatu karunia Allah, karena apabila terlaksana mereka akan mengalami nasib sebagaimana yang dialami Qarun, yaitu mendapat siksa.
6.    Sikap hidup yang berlebih-lebihan tanpa mensyukuri nikmat Allah, tidak akan memperoleh keberuntungan bahkan siksalah yang akan dirasakan.

B.       HADIST TENTANG POLA HIDUP SEDERHANA DAN PERINTAH MENYANTUNI KAUM DUAFA

عن ابي كريمة المقدار بن معد يكرب رضي الله عنه قال : سمعت رسول الله صلي الله عليه وسلم يقول : ما ملاء اد مي وعاء شرا من بطنه بحسب ابن ادم لقيمات يقمن صلبه فاءن كان لامحالة فثلث لطعامه وثلث لشرابه وثلث لنفسه (رواه الترمذى)
قال رسول الله صلي الله عليه وسلم ليس المؤمن بالذي يشبع وجاره جائع الي جنبه (رواه  البخارى)

   
Terjemahan
“Dari Abi Karimah, yaitu Miqdar Bin Ma’dikariba : saya mendengar Rasulullah saw, bersabda : anak adam yang mengisi penuh suatu tempat, tidak akan lebih berbahaya daripada mengisi perutnya sendiri. Bagi anak adam, cukup beberapa suap makanan untuk menegakkan tulang iganya. Jika dia harus demikian (makan lebih banyak dari itu), maka sepertiga untuk makannya, sepertiga untuk minumnya, dan sepertiga lagi untuk napasnya.” (H.R. Turmudzi)
“Rasulullah saw. Bersabda : Tidak termasuk orang mukmin, orang yang kenyang, sementara tetangganya lapar di dekatnya.” (H.R. Bukhari)
Isi kandungan hadist
Hadist diatas mengandung makna bahwa perut merupakan salah satu organ penting bagi manusia. Jika perutnya dapat berfungsi dengan baik maka seseorang dapat beraktivitas dengan baik pula. Begitu pula sebaliknya, jika fungsi perut sudah terganggu maka seseorang tidak akan mampu beraktivitas.
Hadist di atas menjelaskan bahwa kita tidak boleh mengisi perut samapi penuh, apalagi terkesan sampai ingin muntah, sebab akan mudah menimbulkan penyakit. Rasulullah saw. Mengajarkan kepada kita agar tidak makan sebelum lapar dan ketika makan jangan sampai kekenyangan. Jika hal itu dilakukan, niscaya kesehatan badan akan terpelihara dengan baik dan tidak mudah terserang penyakit.
Dalam hadist diatas juga dijelaskan bahwa setiap anak adam hendaknya makan beberapa suap saja. Artinya, secukupnya sesuai dengan kebutuhan tubuh. Selain itu juga, kita harus makan secara teratur dan terjadwal agar perut dapat bekerja sesuai fungsinya. Bahkan dianjurkan agar mengatur ruangan di dalam perut menjadi tiga tempat, yaitu pertama sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiganya lagi untuk udara atau bernapas. Jika pola makan seperti yang dianjurkan Rasulullah saw. Sudah diterapkan, niscaya tubuh kita akan sehat. Jika masih ada sisa makanan di rumah kita, hendaknya diberikan kepada fakir miskin atau keluarga yang membutuhkan sehingga tidak ada makanan yang terbuang mubazir.
Bahkan dalam hadist kedua, kita diperintahkan agar tidak hanya memikirkan diri sendiri, artinya makan dan minum sendiri tanpa peduli kepada orang lain. Tidak sempurna iman seseorang yang hanya makan sendiri, sedangkan tetangga dekatnya kelaparan setiap hari. Sesungguhnya tidak manusiawi orang yang makan sampai kekenyangan, padahal ada orang lain yang kelaparan. Sesungguhnya keji juga orang yang membiarkan makanan sampai basi lalu membuangnya, padahal tetangganya merintih menahan lapardi dekat rumahnya. Meskipun kita rajin salat dan beribadah, tapi kalau tidak peduli kepada orang lain di sekitarnya maka ibadahnya tidak sempurna.
  Perilaku orang yang mengamalkan hadist
Berdasarkan isi kandungan hadist diatas, ada beberapa sikap perilaku hidup sederhana yang dapat diidentifikasi bagi orang yang mengamalkannnya, di antaranya sebagai berikut :
a.        Sederhana dalam makanan dan minuman
Artinya, makan dan minum seperlunya dan secukupnya sesuai dengan kebutuhan tubuh, tapi tetap harus teratur dan terjadwal dengan baik sehingga perut dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Memakan makanan yang ada tidak memaksakan diri mencari-cari makanan yang tidak tersedia di meja makan. Makan tidak berlebihan, tidak sampai kekenyangan, apalagi sampai melampaui batas kemampuan perut.
b.        Sederhana dalam membelanjakan harta
Maksudnya, meskipun memiliki banyak harta, tapi tetap tidak berlaku boros dan rakus. Harta hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup seperlunya. Harta tidak dipakai untuk berfoya-foya atau hura-hura., membeli sesuatu yang sebenarnya tidak perlu, melainkan hanya untuk membiayai kebutuhan yang sangat mendesak dan perlu.
c.         Sederhana dalam bersikap dan berperilaku
Bersikap sederhana, artinya sikap perilaku yang tidak berlebihan dan tidak mengada-ada atau dipaksakan.ada orang yang perilakunya dibuat-buat sehingga memancing gunjingan orang. Pada zaman sekarang ini, banyak orang yang bersikap perilaku terlalu berlebih-lebihan, misalnya laki-laki berdandan menyerupai perempuan atau sebaliknya, memakai anting dihidung dan lidah, ranbut dicat warna warni, dan sebagainya. Perilaku seperti ini sangat tercela dalam pandangan islam karena termasuk perilaku berlebihan (Israf)
d.        Peduli terhadap sesama
Bagi orang yang beriman, orang lain yang ada di sekitar lingkungannya adalah saudara yang harus diperhatikan dengan seksama. Sebab, merekalah yang paling tahu lebih dulu kita mendapat musibah atau bencana. Mereka pula yang pertama kali memberikan pertolongan sehingga sewajarnya jika mereka kita perhatikan dan diberikan santunan. Apalagi jika mereka sangat membutuhkan. Peduli terhadap sesama merupakan akhlak terpuji yang harus dipegang teguh oleh seorang muslim.
e.         Menerapkan perilaku hidup sederhana dan menyantuni kaum duafa sebagaimana terkandung dalam hadist diatas
Sebagai muslim yang beriman, hendaknya kita dapat menerapkan isi kandungan hadist diatas dengan mengamalkan sikap perilaku hidup sederhana. Untuk dapat menerapkan perilaku hidup sederhana dan menyantuni kaum duafa, hendaknya kamu perhatikan terlebih dahulu beberapa hal berikut ini.
a)        Tanamkan keimanan yang kuat agar tidak tergoda oleh setan yang selalu mengajak manusia hidup boros dan tidak peduli terhadap sesama.
b)        Biasakan bergaul dengan orang-orang yang memiliki perilaku hidup sederhana agar kita dapat meneladaninya.
c)        Hindari pergaulan dengan orang-orang yang boros dan tidak perduli sesama agar kita tidak terpengaruh oleh pergaulannya.
d)       Biasakan mengatur pola makan dan pola hidup sehat sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah saw.























4 komentar: